Analisis
Perkembangan Saham PT Akasha
Wira International Tbk, PT
Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF), dan PT Trada
Maritime Tbk (TRAM)
ESSAY
diajukan untuk Memenuhi Ujian Akhir
Semester 5 Mata Kuliah Pasar Modal dan Portofolio
Dosen
Pengampu: Dr. Ikaputera Waspada, MM.
Oleh:
Dede
Santika
1203477
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS
PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014
Analisis
Perkembangan Saham PT Akasha
Wira International Tbk, PT
Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF), dan PT Trada
Maritime Tbk (TRAM)
Berinvestasi merupakan
hal yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Pada zaman globalisasi sekarang ini, investasi merupakan hal yang sudah biasa
dilakukan oleh masyarakat dalam maupun luar negeri yang mempunyai kelebihan
modal atau membutuhkan modal dalam mengembangkan usahanya. Investasi dapat
memberikan kontribusi besar dalam pembangunan perekonomian sebuah negara.
Investor ialah salah satu yang berperan dalam melakukan investasi atau
penanaman modal. Di dalam masalah ini,
pasar modal menjadi salah satu pilihan bagi investor dalam berinvestasi. Pasar
modal sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan atau institusi
pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti
obligasi, saham, dan surat berharga lainnya. Menurut Waspada, Ikaputera (2010,
hlm 38), menyatakan bahwa pasar modal
adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan
jangka panjang atau long-term financial
asset. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tertanggal 10
November 1995 tentang Pasar Modal (dalam Waspada, Ikaputera 2010, hlm. 38)
menyebutkan bahwa pasar modal adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan
penawaran umum dan perdaganga efek peusahaan yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Adapun salah satu
bentuk surat berharga yang diperjualbelikan oleh pasar modal adalah saham.
Definisi saham menurut Rusdin (dalam Waspada, Ikaputera 2010, hlm. 43),
menyatakan bahwa saham adalah sertifikat yang menunjukan bukti suatu
kepemilikan perusahaan, dimana pemegang saham memiliki hak klaim atas
penghasilan dan aktiva perusahaan serta berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Mekanisme perdagangan saham dapat dilakukan oleh pasar primer dan
pasar sekunder. Pasar primer adalah pasar tempat penjualan surat berharga untuk
pertama kalinya atau disebut juga dengan pasar emisi surat berharga baru karena
untuk pertama kali emisi surat berharga tersebut dijual.
Sedangkan pasar sekunder adalah pasar
dimana surat berharga diperjualbelikan setelah pasar primer (2010, hlm. 60). Di
Indonesia pasar sekunder yang utama terdapat dua yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dengan Bursa Efek Surabaya (BES) yang kemudian digabung menjadi Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Saham-saham perusahaan banyak
terdaftar di BEI untuk diperjualbelikan. Perkembangan saham perusahaan, baik
dari segi harga ataupun perkembangan modal yang dijalankannya, penulis
mengambil contoh perkembangan saham PT Akasha Wira International Tbk, PT
Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF), dan PT Trada Maritime Tbk (TRAM). Karena
ketiga saham tersebut merupakan salah satu saham terbaik yang ada di Indonesia.
I.
Perkembangan
Saham PT Akasha Wira International Tbk
PT Akasha Wira International Tbk
(dahulu PT Ades Waters Indonesia Tbk) (ADES) didirikan dengan nama PT Alfindo
Putrasetia pada tahun 1985 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1986. Kantor pusat ADES berlokasi di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. TB.
Simatupang Kav. 88, Jakarta. Pemegang saham mayoritas Perusahaan adalah Water
Partners Bottling S.A., merupakan perusahaan joint venture antara The Coca Cola
Company dan Nestle S.A. kemudian pada tanggal 3 Juni 2008, Water Partners
Bottling S.A. diakuisisi oleh Sofos Pte. Ltd., perusahaan berbadan hukum
Singapura.
Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ADES adalah industri air minum dalam
kemasan, industri roti dan kue, kembang gula, makaroni, kosmetik dan
perdagangan besar. Saat ini kegiatan utama ADES adalah bergerak dalam bidang
usaha pengolahan dan distribusi air minum dalam kemasan serta perdagangan besar
produk-produk kosmetika. Produksi air minum dalam kemasan secara komersial
dimulai pada tahun 1986, sedangkan perdagangan produk kosmetika dimulai pada
tahun 2010 dan produksi produk kosmetika dimulai pada tahun 2012. Pabrik
pengolahan air minum dalam kemasan berlokasi di Jawa Barat dan pabrik produk
kosmetik berlokasi di Pulogadung.
Pada tanggal 2 Mei 1994, ADES
memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham (IPO) ADES kepada masyarakat sebanyak 15.000.000 saham dengan
nilai nominal Rp1.000,- per saham, dengan harga penawaran perdana Rp3.850,- per
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 13 Juni 1994. Berikut adalah informasi terbaru sekitar tahun 2011 dan
2012:
Tabel. 1
Pembukuan Laporan Keuangan
PT Akasha Wira International Tbk/ ADES 2011-2013
No.
|
Keterangan
|
2011
|
2012
|
2013
|
1.
|
Harga
Saham
|
1,010
|
Rp. 1.360
|
Rp. 2000
|
2.
|
Penjualan
|
Rp 121.523 M
|
Rp 220,95
M
|
Rp 250,49 M
|
3.
|
Beban
Pokok
|
Rp 97,9 M
|
Rp 98 M
|
Rp 111,09 M
|
4.
|
Laba Kotor
|
Rp 55,5 M
|
Rp 122,93 M
|
-
|
5.
|
Laba
Bersih
|
Rp 9,7 M
|
Rp 33,66 M
|
Rp 31,99 M
|
6.
|
Jumlah
Saham
|
589.896.800
|
589.896.800
|
589.896.800
|
Sumber: Financeroll
& http://www.sahamok.com (Data
Diolah)
- Net
Profit Margin = Net Profit/ Total Salles
Untuk tahun 2011 NPM = 9,7 / 121.523 = 0.0798
Untuk tahun 2012 NPM = 33,66 / 220,95 = 0.1523
Artinya, NPM perusahaan
pada tahun 2011 yaitu sebesar 0.0798 atau 8
%, menunjukkan profitabilitas perusahaan kurang baik. Sedangkan tahun 2012
menunjukan angka sebesar 0.1523 atau 15% yang mengalami peningkatan
dibanding 2011.
- EPS =
Net profit / jumlah saham yang beredar
Untuk tahun 2011 EPS = 9,7 /
589.896.800 = 0.0164
Untuk tahun 2012 EPS = 33,66 / 589.896.800 = 0.0570
- Price Earning Ratio = Harga
Saham/ EPS
Untuk tahun 2011 PER = 1,010 / 589.896.800 = 0.0017
Untuk tahun 2012 PER = 1.360 / 589.896.800 = 0.0023
Emiten produsen air minum dalam
kemasan (AMDK) dan kosmetik, PT Akasha Wira International Tbk (ADES),
meraih laba bersih sebesar Rp 33,66 miliar sepanjang semester I 2012, naik 247%
dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 9,7 miliar. Sekretaris Perusahaan
Akasha Wira, menyebutkan bahwa penjualan perseroan pada semester I 2012
mencapai Rp 220,95 miliar, naik 49,5% dibanding semester I 2011. Penjualan
kosmetik berkontribusi terbesar terhadap penjualan perseroan di semester I
tahun ini, yakni mencapai 57%, sementara penjualan air minum kemasan
berkontribusi 42%. Selain itu, penjualan air minum kemasan Akasha Wira pada
semester I mencapai Rp 93,78 miliar, meningkat 7,2% dibanding periode yang sama
tahun lalu Rp 87,46 miliar. Peningkatan penjualan air minum kemasan seiring
makin meningkatnya pasar air minum kemasan untuk segmen premium, yang
mengkonsumsi produk air minum berkualitas.
Pada tahun 2013 PT Akasha Wira
International Tbk (ADES) merilis laporan keuangan periode semester I 2013. Pada
laporan tersebut terlihat, manajemen membukukan pendapatan Rp 250,49 miliar,
naik 13% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 220,95 miliar. Tetapi,
beban pokok penjualan ADES tercatat Rp 111,09 miliar. Angka ini 13% lebih
tinggi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, Rp 98,02 miliar. Akibatnya,
laba bersih emiten air mineral ini mengalami penurunan 5% menjadi Rp 31,99
miliar dari sebelumnya, Rp 33,66 miliar.
Penurunan laba bersih ini membuat earning
per share (ADES) ikut mengalami penurunan. Semester I 2013, EPS ADES
sebesar Rp 54 per saham, turun 5% dibanding periode sebelumnya, Rp 57 per
saham. Penurunan juga terlihat pada net profit margin (NPM) ADES sebesar
13%. Bandingkan dengan NPM ADES pada periode sebelumnya yakni 15%. Dengan
posisi laba bersih Rp 31,99 miliar dan ekuitas ADES pada semester I tahun 2013
sebesar Rp 241,11 miliar, maka return on equity (ROE) ADES saat ini sebesar
13%. Sedangkan ROE pada tahun lalu sebesar 21%.
Sementara tahun 2014, perseroan
menargetkan kontribusi penjualan air minum kemasan merek Vica Royal yang
diproduksi sendiri dapat menggantikan kontribusi dari merek Ades dalam kemasan
galon. Hal itu seiring berakhirnya lisensi merek Ades kemasan galon dari PT
Coca-Cola Indonesia sesuai kontrak produksi tahun ini. Pada sisi lain,
perseroan juga mencatat kenaikan laba kotor di semester I 2012 sebesar Rp
121,4% menjadi Rp 122,93 miliar, dibanding semester I tahun lalu Rp 55,5
miliar. Kenaikan tersebut karena pertumbuhan beban pokok penjualan yang relatif
lebih kecil dibanding pertumbuhan penjualan. Beban pokok penjualan perseroan
naik 6,2% menjadi Rp 98 miliar. Harga saham Akasha Wira pada penutupan
perdagangan kemarin stagnan di level Rp 1.360 dibanding sehari sebelumnya. Di
bawah ini adalah perkembangan harga saham harian berdasarkan hitungan bulanan.
Grafik. 1
Perkembangan Harga Saham Harian
Sumber: http://idsaham.com
(Data Primer)
Berdasarkan gambar di atas menujukan
bahwa harga saham harian ADES mengalami penurunan dari bulan Agustus sampai
Desember 2014. Fluktuasi harga terjadi
pada bulan Juli menuju bulan Agustus, dengan kisaran harga sebesar 1,800.
Sedangkan pada bulan Agustus sampai Desember menurun hingga kisaran 1,400.
Adapun rincian pendapatan ADES berdasarkan
segmen operasi pada tahun 2012 dan 2011, sebagai berikut: (1). Minuman sebesar Rp196,30 juta dan
Rp181,34 juta, dan (2). Kosmetik sebesar
Rp280,33 juta dan Rp118,07 juta. Sedangkan Rincian Pendapatan ADES berdasarkan segmen geografis pada tahun 2012 dan
2011, sebagai berikut:
1. Lokal
Ø
Jabodetabek sebesar Rp.332,49
juta dan Rp.212,71 juta,
Ø
Jawa Barat sebesar Rp.17,12
juta dan Rp.13,52 juta,
Ø
Jawa Timur sebesar Rp.6,03
juta dan Rp.5,63 juta,
Ø
Jawa Tengah sebesar Rp.31,57
juta dan Rp.13,70 juta,
Ø
Sumatera sebesar Rp.32,36
juta dan Rp.17,92 juta,
Ø
Kalimantan sebesar Rp.28,17
juta dan Rp.22,77 juta,
Ø
Sulawesi sebesar Rp.9,14
juta dan Rp.6,95 juta,
Ø
Papua dan Maluku sebesar Rp.2,99
juta dan Rp.0 juta, dan
Ø
Bali sebesar Rp.14,81
juta dan Rp.6,05 juta.
2. Ekspor sebesar Rp.1,97 juta dan Rp.172 juta
Baru-baru ini Ades meluncurkan
kemasan terbarunya, kemasan Ades ini berubah warna dari warna dasar biru muda
dan tepi biru tua menjadi warna dasar putih dengan tepi hijau. Logo Ades juga
berubah, yakni menjadi gambar daun dan berwarna hijau. Perubahan ini merupakan
strategi Ades untuk menarik pangsa pasar anak muda (usia 20-30 tahun). Tidak
hanya itu, kadar plastik dari kemasan baru Ades ini dikurangi sebesar 8% dari
kadar kemasan Ades sebelumnya. Sehingga, botolnya kemasan air milik Ades lebih
ringan dan lebih mudah diremukkan dengan tangan. Kemasan baru Ades ini
sebelumnya telah launching di Jepang, Mexico, Korea, Taiwan, Hongkong, Vietnam
dan Thailand.
Dengan strategi ini perusahaan yakin
dapat meningkatkan pendapatan Coca Cola Indonesia. The Coca Cola Company
merupakan perusahaan air minum yang berbasis di Amerika. The Coca Cola Company
mengklaim 1,7 miliar produknya terdistribusi di 200 negara dalam sehari. Saat
ini, The Coca-Cola Company memiliki nilai portfolio US$ 15 miliar di seluruh
dunia dan mempekerjakan 700.000 karyawan di seluruh dunia. Coca-Cola masuk ke
Indonesia sejak tahun 1927, dan diproduksi secara lokal pertama kalinya tahun
1932. Saat ini, Coca Cola Amatil Indonesia, cabang dari The Coca Cola Company
memiliki sembilan pabrik di Indonesia. Sedangkan air mineral Ades diproduksi di
pabrik Coca-Cola Amatil Indonesia di Cibitung. Air minum Ades hadir dalam
kemasan cup 240 ml, botol plastik 330 ml, 600 ml dan 1.5 liter, dan dalam
kemasan galon.
II. Perkembangan Saham PT
Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF)
PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF) merupakan perusahaan
publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 yang pada awalnya
hanya bergerak di bisnis makanan (TPS Food) dan pada 2008 mulai memasuki bisnis
perkebunan kelapa sawit (TPS Agro). Sejalan dengan proses transformasi bisnis
yang dimulai pada 2009, TPSF telah menjadi salah satu perusahaan yang
termasuk dalam Indeks Kompas 100 dan mendapat penghargaan Best
Consumer Goods Industry Public Listed Company serta termasuk perusahaan
yang masuk dalam daftar “A List of the Top 40 Best Performing Listed
Company” pada tahun 2011.
Bisnis makanan dari TPS Food adalah bisnis pendahulu dan
tetap menjadi kontributor utama TPSF yang terus mengembangkan usahanya dengan
mengakuisisi beberapa perusahaan antara lain PT Subafood Pangan Jaya yang
bergerak di bidang produksi bihun jagung dengan beberapa merek terkenal
Subahoon dan Cap Tanam Jagung, serta mengakuisisi merek TARO pada akhir tahun
2011 yang memiliki tingkat awareness yang sangat tinggi dan telah menghasilkan
pertumbuhan dan kinerja yang luar biasa dengan memberikan kontribusi
pendapatan hingga 25% dari total penjualan TPS Food.
Bisnis Kelapa Sawit dimulai TPSF pada tahun 2008 dengan
mengakuisisi PT Bumiraya Investindo (BRI) yang berlokasi di Kalimantan Selatan.
Bisnis ini merupakan natural hedge untuk TPSF karena memanfaatkan minyak sawit
dalam bisnis makanan, sekaligus merupakan sumber pendapatan dan potensi
pertumbuhan di masa akan datang. Untuk meningkatkan produksi, TPS Agro
melakukan strategi pengembangan secara organik dan an-organik. TPS Agro
mengalokasikan sebagian besar dana investasi untuk menambah lahan tertanam pada
kegiatan usaha sektor ini, di mana ditargetkan sebesar 41.000 hektar lahan
tertanam pada tahun 2015.
Pada akhir tahun 2010 TPSF memulai bisnis berasnya melalui
akuisisi PT Dunia Pangan, yang mana usaha di bidang Beras ini juga merupakan
salah satu bentuk kontribusi TPSF bagi ketahanan pangan nasional. Bisnis
model TPS Rice adalah “Paddy to Rice”, yaitu mengkorversi padi basah (GKP :
Gabah Kering Panen) yang dibeli para petani, dikeringkan dan diolah dengan
mesin yang modern menjadi beras. Dengan bisnis model “Paddy to Rice” TPS Rice
secara jelas membedakan dirinya dengan kompetitor lain yang kebanyakan rice
milling tradisional kecil dan tersebar di banyak tempat serta kebanyakan
mengadopsi bagian kecil dari bisnis model TPS Rice. Masuknya TPSF ke dalam
bisnis perdagangan beras diharapkan akan membantu memperbaiki pendapatan petani
beras, yang sering terpaksa menjual hasil produksi mereka pada harga rendah
terlepas daripada kondisi saat itu yang sedang panen.
Selama tiga tahun terakhir, sejalan dengan proses
transformasi bisnis yang dicanangkan pada akhir tahun 2009, TPSF telah
berkembang pesat dengan kombinasi akuisisi dan pola pertumbuhan internal.
Dengan komitmen untuk meningkatkan nilai perusahaan dari waktu ke waktu, kedua
teknik tersebut sejauh ini mampu meningkatkan masa hidup perusahaan serta
meningkatkan kontribusinya terhadap pembangunan Indonesia. Proses Transformasi
Bisnis secara berkelanjutan dilaksanakan dengan senantiasa menumbuhkan daya
saing perusahaan menuju kepada performance terbaik. Dengan terus
membangun kapabilitas sumber daya manusia, inovasi dan efisiensi di setiap lini
kerja dan kepemimpinan yang mempunyai visi kuat, TPSF yakin akan dapat memenuhi
komitmen untuk memberikan kepuasan bagi pelanggan, keuntungan bagi
investor, dan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dan kepada
bangsa dan negara.
Dalam riset PT Investa Saran Mandiri menyatakan, saat ini
belum ada emiten di Indonesia yang menekuni sektor dan lini bisnis dari
penjualan beras seperti PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Dengan pertumbuhan
tinggi dari penjualan beras diharapkan mendukung penjualan dan laba perseroan.
Lini bisnis baru AISA pada perdagangan beras memang secara langsung memukul
profit margin AISA menjadi hanya sebesar 7,6% saja. Namun demikian volume
penjualan menjadi sangat besar seiring dengan karakter beras yang tergolong
dalam fast moving industry.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)
membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk naik menjadi Rp.134,21 miliar pada semester pertama 2013 dari periode
sama tahun sebelumnya Rp.110,24 miliar. Penjualan bersih perseroan naik menjadi
Rp.1,78 triliun pada semester pertama 2013 dari periode sama tahun sebelumnya
Rp.1,28 triliun. Perseroan akan mencatatkan penjualan mencapai Rp.4,01 triliun
pada 2013 dari periode 2012 sebesar Rp.2,74 triliun. Laba bersih diperkirakan
mencapai Rp.244 miliar pada 2013 dari periode 2012 senilai Rp.211 miliar.
Perseroan juga sedang berekspansi dengan
membangun pabrik berasnya yang baru. Hal itu dapat mendukung kinerja perseroan
ke depan. Meski demikian, perseroan mengalami tekanan dari sektor crude palm
oil (CPO). Selain itu, perseroan dinilai memiliki peluang untuk menguasai pasar
beras premium dan menguasai pasar bihun di Indonesia. Perkembangan bisnis
perseroan sangat pesat, meski demikian, perseroan harus mewaspadai peningkatan
utang untuk membiayai ekspansinya.
Dengan pertumbuhan yang kuat dan laba
sehat, PT Investa Saran Mandiri memberikan rekomendasi buy dengan
target harga Rp.1.730 per saham pada 2013. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
memiliki bidang bisnis produksi dan pemasaran berbagai produk makanan, termasuk
mie kering dan instan. Perseroan juga memiliki pabrik beras dan perkebunan
kelapa sawit. Pada perdagangan saham September 2013 saham AISA ditutup melemah
ke Rp.1.220 per saham.
Adapun
penilaian yang di publikasikan oleh Emiten.net mengenai perkembangan saham
harian AISA, penulis mengambil contoh tahunan sebagai bahan analisis. Hal
tersebut dapat dilihat dari transaparansi data sebagai berikut ini:
Tabel. 2 Pembukuan
Laporan Keuangan
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk/AISA Agustus 2011-2013
No.
|
Keterangan
|
2011
|
2012
|
2013
|
1.
|
Nilai
|
Positif
|
Positif
|
Positif
|
2.
|
Analis
|
Nakasumi
|
Mamanh
|
Mamanh
|
3.
|
Laba Bersih
|
Rp 23,15 M
|
Rp 126.95
|
Rp 161,63 M
|
4.
|
EPS Emiten
|
Rp 13,84
|
-
|
Rp 45,87
|
5.
|
Penjualan
|
-
|
Rp 1.28 T
|
Rp 1,78 T
|
6.
|
Harga Saham
|
50
|
1.080
|
-
|
7.
|
Jumlah Saham
|
2.275.009.000
|
2.926.000.000
|
-
|
Sumber: http://www.emiten
& http://www.sahamok.com (Data Diolah)
b.
Analisa Fundamental Saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk/AISA
- Net
Profit Margin = Net Profit/ Total Salles
Untuk tahun 2012 NPM = 126.95 / 1280 (Dalam Miliar) = 0.0991
Untuk tahun 2013 NPM = 161,63 / 1780 (Dalam Miliar) = 0.0908
Artinya, NPM perusahaan
pada tahun 2012 yaitu sebesar 0.0991/ 99%. Sedangkan pada tahun 2013 sebesar 0.0908 atau 90 %, menunjukkan profitabilitas perusahaan
baik.
- EPS =
Net profit / jumlah saham yang beredar
Untuk tahun 2011 EPS = 23,15 / 2.275.009.000 = 10.176
Untuk tahun 2012 EPS = 126.95 / 2.926.000.000 = 43.3869
- Price Earning Ratio = Harga
Saham/ EPS
Untuk tahun 2011 PER = 23,15 / 10.176 = 2.2750
Untuk tahun 2012 PER = 126.95 / 43.3869 = 2.9259
Berdasarkan data laporan pembukuan
keuangan menunjukan bahwa pada Bulan Agustus 2011, saham yang dimiliki oleh PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk/ AISA bernilai positif. Artinya saham yang diperjualbelikan
tersebut mempunyai kelebihan tersendiri dalam bidang yang dijalankannya, dengan
kata lain bahwa saham tersebut tidak bermasalah. Dengan Analisis yang bernama
Nakasumi. Laba bersih emiten mengalami lonjakan sebesar 299,83% pada
semester I/2011 menjadi Rp.23,15 miliar dibanding semester I/2010 Rp 5,79
miliar. EPS emiten juga ikut naik dari Rp.3,46/saham menjadi Rp.13,84/saham.
Begitupun
pada Agustus 2012, saham AISA memiliki nilai yang positif yang dianalisis oleh
Mamanh. Selama H1 2012 emiten AISA membukukan Laba Bersih IDR.126.95 miliar,
tumbuh 212% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hasil ini tidak lepas
dari kenaikan penjualan yang cukup signifikan yaitu menjadi IDR.1.28 triliun
dari sebelumnya yang hanya IDR.746.12 miliar.
Selanjutnya
pada tahun 2013, dengan analis yang sama. Saham memiliki nilai yang positif
pula. Periode Q2 2013 emiten AISA membukukan Laba Bersih IDR.161,63 miliar,
naik dari Q2 2012 yang sebesar IDR.126,96 miliar. EPS pun bergeser ke posisi
IDR.45,87 dari sebelumnya IDR.37,68. Kinerja bagus ini tidak lepas dari
kenaikan penjualan yang cukup signifikan (IDR.1,78T vs IDR.1,29T). Adapun
grafik yang menunjukan harga saham Harian IDX dapat dilihat sebagai berikut:
Grafik. 2
Analisis Harga Saham Harian IDX
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk/AISA Desember 2014
Sumber: Emiten.net
(Data Primer).
Grafik di
atas menunjukan POS yang lebih banyak dibanding dengan NET pada tanggal 23
Desember 2014. Hal ini merupakan informasi harga terbaru dari AISA.
III. Perkembangan Saham PT Trada Maritime Tbk (TRAM)
Pada awalnya TRAM
dikenal sebagai salah satu penyedia FSO untuk minyak mentah di Indonesia. Namun
sejalan dengan perkembangannya, TRAM memperbesar lini usaha ke segmen usaha
angkutan muatan cair (liquid cargo), muatan curah kering (bulk carrier), gas
alam cair (liquefied natural gas/LNG), armada akomodasi (self propelled
accommodation barge), serta sejumlah kapal penunjang seperti kapal tunda dan
tongkang (tug and barge).
PT Trada Maritime Tbk (TRAM) mulai
mencatatkan saham dan warannya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10
September 2008 dengan harga perdana Rp.125,- per saham dan harga pelaksanaan
waran menjadi saham Rp.135,-. Sejak mencatatkan sahamnya di BEI harga saham
TRAM terus melejit. Sekitar dalam 3 minggu pada September 2008 harga TRAM melonjat 204% atau ke harga Rp.380,-
dan merupakan harga tertinggi di tahun 2008. Setelah itu, harga saham TRAM
terus merosot akibat terpaan krisis global. Akhirnya di penghujung 2008 harga
saham TRAM ditutup di harga Rp.50,-.
Setelah krisis global mulai mereda,
harga saham TRAM mulai bergerak kembali. Pergerakan kali ini tidak
tanggung-tanggung, karena dalam tahun 2009 saja harga saham TRAM naik sekitar
10 kali lipat yakni dari Rp.50,- di awal tahun menjadi Rp.530 di akhir tahun
2009. Dan terus mengalami kenaikan hingga Rp.1.840,- pada tanggal 30-Apr-2014. Selain
harga saham TRAM yang terus meningkatkan, transaksi TRAM juga sangat besar.
Transaksi TRAM dari Januari sampai April rata-rata di atas 200 miliar per hari.
Ini bisa dikatakan saham TRAM super liquid atau paling liquid di BEI.
Sementara pada tahun Agustus 2013
saham PT Trada Maritime Tbk (TRAM) mencatatkan nilai transaksi perdagangan
saham mencapai Rp.28,54 triliun atau 2,92%. Volume perdagangan saham mencapai
20,98 miliar saham. Frekuensi perdagangan saham 138.535x. Urutan keenam, saham
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan nilai transaksi perdagangan saham
mencapai Rp.25,55 triliun atau 2,61%. Frekuensi perdagangan saham mencapai
203.169x. Volume perdagangan saham 2,53 miliar saham
Jika dibandingkan transaksi TRAM
dengan Astra International Tbk (ASII), selama tahun 2014 (Januari hingga April)
transaksi rata-rata per hari ASII sebesar 310 miliar sedangkan transaksi
rata-rata TRAM sebesar 268 miliar per hari. Memang secara transaksi rata-rata
ASII lebih tinggi. Namun bila dilihat lebih lanjut ke kapitalisasi pasar, ASII
memiliki kapitalisasi pasar per 30-Apr-2014 sekitar 301 triliun sedangkan TRAM
hanya memiliki kapitalisasi pasar sekitar 18 triliun. Transaksi rata-rata per
hari ASII sekitar seperseribu (1/1.000) dari nilai kapitalisasi pasar sedangkan
transaksi rata-rata TRAM per hari mencapai 1,5% dari nilai kapitalisasi pasar.
Dilihat dari harga saham TRAM. Kenaikan harga
TRAM yang begitu signifikan.Selain kinerja perusahaan yang kurang mendukung,
pemegang saham mayoritas, yakni PT Trada Resources Indonesia dan PT Trada
International cenderung mengurangi sahamnya di TRAM. Selain itu pemegang saham
yang memiliki 5% atau lebih saham TRAM sering berubah. Ini dapat kita lihat
dari data berikut:
Tabel. 3 Pemegang
Saham
PT Trada
Maritime Tbk (TRAM)
Nama Pemegang Saham
|
Persentase Kepemilikan
|
||||||
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
Mar-14
|
|
PT Trada
Resources Indonesia
|
36,08
|
36,06
|
36,00
|
34,75
|
27,76
|
21,76
|
21,76
|
PT Trada
International
|
18,12
|
18,11
|
18,08
|
16,25
|
16,25
|
16,25
|
16,25
|
Star High
Yield Fund I
|
5,58
|
||||||
Kharisma
Flexi Terbatas
|
7,34
|
||||||
Reksadana
Danamas Stabil
|
7,43
|
||||||
AAA – JS
Multi Sectoral Fund
|
5,62
|
||||||
Baywater
Capital Pte., Ltd.*
|
6,99
|
6,99
|
6,99
|
||||
Suprihatin
Njoman
|
5,25
|
||||||
PT
Asuransi Jiwasraya
|
5,87
|
5,87
|
|||||
Riche
Bright Investment Limited
|
5,14
|
5,14
|
|||||
Masyarakat
(kepemilikan < 5%)
|
40,22
|
38,49
|
32,87
|
49,00
|
43,75
|
43,99
|
43,99
|
Sumber: Britama.com (Data Primer)
Pada tanggal 30 April 2012, PT Trada
Resources Indonesia melakukan transaksi share financing dengan Baywater Capital
Resources Pte., Ltd. dengan jaminan 680.000.000 (6,99%) saham TRAM. Data di
atas menunjukan pula bahwa yang memegang
tertinggi saham TRAM setiap tahunnnya dari tahun 2008 sampai bulan Maret 2014
yaitu PT Trada Resources Indonesia. Saham yang dipegang sekitar 21,76%-36,09%
dari saham TRAM. Meskipun setiap tahunnya cenderung mengalami penurunan, tetapi
PT Trada Resources Indonesia terus mempertahankan kepemilikannya terhadap saham
TRAM. Selanjutnya diikuti oleh PT Trada International yang memegang saham
sekitar 16,25%-18,12% setiap tahunnya. Kepemilikan saham TRAM lainnya dipegang
oleh Star High Yield Fund I, Kharisma Flexi Terbatas, Reksadana Danamas Stabil,
AAA – JS Multi Sectoral Fund, Baywater Capital Pte, Suprihatin Njoman, PT
Asuransi Jiwasraya, dan Riche Bright Investment Limited dengan kepemillikan
saham tidak dipegang setiap tahunnya. Saham yang dipegang berkisar antara
5,14%-7,43%. Kepemilikan saham lainnya yaitu dipegang oleh masyarakat berkisar
< 5%.
Grafik. 3
Daftar Harga Saham Dan Transaksi
PT Trada
Maritime Tbk (TRAM)
Sumber: Britama.com (Data Primer)
Grafik di atas
menunjukan harga saham PT Trada Maritime Tbk (TRAM) yang semakin meningkat
setiap tahunnya. Terhitung dari tahun 2008 sampai 2014. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa saham tersebut mempunyai prestasi yang tinggi ditunjukan
dengan harga jual saham semakin naik.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan dan analisa fundamental saham
yang telah di atas mengenai perkembangan saham yang dialami oleh PT Akasha Wira
International Tbk (ADES), PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF), dan PT
Trada Maritime Tbk (TRAM). Penulis mengambil kesimpulan bahwa saham PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk merupakan saham yang layak untuk diinvestasikan
selama 3 tahun ke depan, meskipun pada dasarnya harga saham berubah setiap hari.
Keputusan ini dimaksudkan karena penulis menganggap bahwa perusahaan TPSF
bergerak dalam bidang makanan, yang pada dasarnya tidak akan pernah berhenti
dibutuhkan selama masih ada kehidupan di dunia ini. Dalam penjualannya setiap
tahunnya mengalami peningkatan yang tinggi mencapai triliunan dibanding kedua
perusahaan tadi yang hanya mencapai miliaran rupiah. Meskipun keuntungan masih
kecil, tetapi perusahaan ini mempunyai komitmen yang tinggi dalam mengembangkan
usahanya. Volume penjualan menjadi sangat besar dalam bisnis beras seiring
dengan karakter beras yang tergolong dalam fast moving industry. TPSF telah
menjadi salah satu perusahaan yang termasuk dalam Indeks Kompas 100 dan
mendapat penghargaan Best Consumer Goods Industry Public Listed Company
serta termasuk perusahaan yang masuk dalam daftar “A List of the Top 40
Best Performing Listed Company” pada tahun 2011.
Selanjutnya, TPSF/AISA telah berkembang pesat dengan
kombinasi akuisisi dan pola pertumbuhan internal. Dengan komitmen untuk
meningkatkan nilai perusahaan dari waktu ke waktu, kedua teknik tersebut sejauh
ini mampu meningkatkan masa hidup perusahaan serta meningkatkan kontribusinya
terhadap pembangunan Indonesia. Banyak perusahaan yang di akusisi dan banyak
pula keunggulan yang dimiliki oleh AISA. Berdasarkan riset PT Investa Saran
Mandiri menyatakan, saat ini belum ada emiten di Indonesia yang menekuni sektor
dan lini bisnis dari penjualan beras seperti PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
Padahal bisnis lini ini memberikan keuntungan yang bagus dalam kegiatan
ekonomi. Perusahaan ini selain memiliki pabrik beras yang bergerak dalam bidang
makanan, juga mempunyai pabrik kelapa sawit dalam bidang perkebunan (agro).
Kelebihan lain yaitu terletak pada model bisnis “Paddy to
Rice” TPS Rice secara jelas membedakan dirinya dengan kompetitor lain yang
kebanyakan rice milling tradisional kecil dan tersebar di banyak tempat serta
kebanyakan mengadopsi bagian kecil dari bisnis model TPS Rice. PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk mempunyai pembangunan yang kuat dalam bisnisnya terutama
dalam perluasan tempat bisnis dan peluasan pangsa pasar. Laba bersih yang
didapatkan oleh saham ini adalah laba yang sehat. Hal tersebut dinyatakan dalam
hasil riset yang dilakukan oleh PT Investa Saran Mandiri.
Berdasarkan penilaian emiten.net, PT Tiga Pilar Sejahtera
Food Tbk mempunyai penilaian yang cenderung selalu positif dalam perkembangan
sahamnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
layak untuk dijadikan investasi oleh para investor yang akan mengembangkan
usahanya dengan keuntungan dan penjualan yang sangat tinggi, karena pada
dasarnya untuk mendapatkan keuntungan diperlukan proses pembangunan yang terus
menerus.
Referensi
Britama.com. (2014). Transaksi
Saham TRAM selalu ramai, tapi apakah TRAM layak untuk investasi?. [Online].
Tersedia: http://www.britama.com (23 Desember 2014).
Emiten.net. Tiga Pilar Sejahtera
Food, Tbk. PT. [Online]. Tersedia: http://www.emiten.net/site/tentang.html (23 Desember 2014).
Financeroll.
(2012). Penjualan Meningkat Laba Bersih
Akhasa Wira Melonjak. [Online]. Tersedia: http://financeroll.co.id/ (23 Desember 2014).
Forddanta,
Dityasa H. (2013). Pendapatan ADES naik, laba bersih tergerus. [Online].
Tersedia: http://investasi.kontan.co.id/
(23 Desember 2014).
Geng. (2013). Hingga
Juli 2013, Telekomunikasi Indonesia Paling Aktif Ditransaksikan di Bursa. [Online].
Tersedia: http://financeroll.co.id (23 Desember
2014).
Melani, Agustina. (2013). Ini Target Harga
Saham AISA. [Online]. tersedia: http://pasarmodal.inilah.com
(23 Desember 2014).
Tigapilar.com. [Online]. Tersedia: http://www.tigapilar.com.
Waspada, Ikaputera. (2010). Pengetahuan
Pasar Modal dan Portofolio Analisis Praktis Pasar Modal. Bandung:
Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar