Minggu, 18 Oktober 2015

Analisis Perkembangan Saham PT Akasha Wira International Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF), dan PT Trada Maritime Tbk (TRAM)

Analisis Perkembangan Saham PT Akasha Wira International Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF), dan PT Trada Maritime Tbk (TRAM)

ESSAY

diajukan untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester 5 Mata Kuliah Pasar Modal dan Portofolio
Dosen Pengampu: Dr. Ikaputera Waspada, MM.








Oleh:
Dede Santika
1203477



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014


Analisis Perkembangan Saham PT Akasha Wira International Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF), dan PT Trada Maritime Tbk (TRAM)

Berinvestasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pada zaman globalisasi sekarang ini, investasi merupakan hal yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat dalam maupun luar negeri yang mempunyai kelebihan modal atau membutuhkan modal dalam mengembangkan usahanya. Investasi dapat memberikan kontribusi besar dalam pembangunan perekonomian sebuah negara. Investor ialah salah satu yang berperan dalam melakukan investasi atau penanaman  modal. Di dalam masalah ini, pasar modal menjadi salah satu pilihan bagi investor dalam berinvestasi. Pasar modal sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan atau institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham, dan surat berharga lainnya. Menurut Waspada, Ikaputera (2010, hlm 38),  menyatakan bahwa pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka panjang atau long-term financial asset. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tertanggal 10 November 1995 tentang Pasar Modal (dalam Waspada, Ikaputera 2010, hlm. 38) menyebutkan bahwa pasar modal adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdaganga efek peusahaan yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Adapun salah satu bentuk surat berharga yang diperjualbelikan oleh pasar modal adalah saham. Definisi saham menurut Rusdin (dalam Waspada, Ikaputera 2010, hlm. 43), menyatakan bahwa saham adalah sertifikat yang menunjukan bukti suatu kepemilikan perusahaan, dimana pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan serta berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Mekanisme perdagangan saham dapat dilakukan oleh pasar primer dan pasar sekunder. Pasar primer adalah pasar tempat penjualan surat berharga untuk pertama kalinya atau disebut juga dengan pasar emisi surat berharga baru karena untuk pertama kali emisi surat berharga tersebut dijual.

Sedangkan pasar sekunder adalah pasar dimana surat berharga diperjualbelikan setelah pasar primer (2010, hlm. 60). Di Indonesia pasar sekunder yang utama terdapat dua yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES) yang kemudian digabung menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Saham-saham perusahaan banyak terdaftar di BEI untuk diperjualbelikan. Perkembangan saham perusahaan, baik dari segi harga ataupun perkembangan modal yang dijalankannya, penulis mengambil contoh perkembangan saham PT Akasha Wira International Tbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF), dan PT Trada Maritime Tbk (TRAM). Karena ketiga saham tersebut merupakan salah satu saham terbaik yang ada di Indonesia.


I.     Perkembangan Saham PT Akasha Wira International Tbk
PT Akasha Wira International Tbk (dahulu PT Ades Waters Indonesia Tbk) (ADES) didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia pada tahun 1985 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1986. Kantor pusat ADES berlokasi di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. TB. Simatupang Kav. 88, Jakarta. Pemegang saham mayoritas Perusahaan adalah Water Partners Bottling S.A., merupakan perusahaan joint venture antara The Coca Cola Company dan Nestle S.A. kemudian pada tanggal 3 Juni 2008, Water Partners Bottling S.A. diakuisisi oleh Sofos Pte. Ltd., perusahaan berbadan hukum Singapura.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ADES adalah industri air minum dalam kemasan, industri roti dan kue, kembang gula, makaroni, kosmetik dan perdagangan besar. Saat ini kegiatan utama ADES adalah bergerak dalam bidang usaha pengolahan dan distribusi air minum dalam kemasan serta perdagangan besar produk-produk kosmetika. Produksi air minum dalam kemasan secara komersial dimulai pada tahun 1986, sedangkan perdagangan produk kosmetika dimulai pada tahun 2010 dan produksi produk kosmetika dimulai pada tahun 2012. Pabrik pengolahan air minum dalam kemasan berlokasi di Jawa Barat dan pabrik produk kosmetik berlokasi di Pulogadung.
Pada tanggal 2 Mei 1994, ADES memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) ADES kepada masyarakat sebanyak 15.000.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham, dengan harga penawaran perdana Rp3.850,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Juni 1994. Berikut adalah informasi terbaru sekitar tahun 2011 dan 2012:

Tabel. 1 Pembukuan Laporan Keuangan
No.
Keterangan
2011
2012
2013
1.
Harga Saham
1,010
Rp. 1.360
Rp. 2000
2.
Penjualan
Rp 121.523 M
Rp 220,95 M
Rp 250,49 M
3.
Beban Pokok
Rp 97,9 M
Rp 98 M
Rp 111,09 M
4.
Laba Kotor
Rp 55,5 M
Rp 122,93 M
-
5.
Laba Bersih
Rp 9,7 M
Rp 33,66 M
Rp 31,99 M
6.
Jumlah Saham
589.896.800
589.896.800
589.896.800
Sumber: Financeroll & http://www.sahamok.com (Data Diolah)

a.      Analisa Fundamental Saham PT Akasha Wira International Tbk/ ADES
  • Net Profit Margin = Net Profit/ Total Salles
Untuk tahun 2011 NPM =  9,7 / 121.523 = 0.0798
Untuk tahun 2012 NPM =  33,66 / 220,95 = 0.1523
Artinya, NPM perusahaan pada tahun 2011 yaitu sebesar 0.0798 atau 8 %, menunjukkan profitabilitas perusahaan kurang baik. Sedangkan tahun 2012 menunjukan angka sebesar 0.1523 atau 15% yang mengalami peningkatan dibanding 2011.
  • EPS = Net profit / jumlah saham yang beredar
Untuk tahun 2011 EPS =  9,7  / 589.896.800 = 0.0164
Untuk tahun 2012 EPS =  33,66 / 589.896.800 = 0.0570
  • Price Earning Ratio = Harga Saham/ EPS
Untuk tahun 2011 PER =  1,010 / 589.896.800 = 0.0017
Untuk tahun 2012 PER =  1.360 / 589.896.800 = 0.0023
Emiten produsen air minum dalam kemasan (AMDK) dan kosmetik, PT Akasha Wira International Tbk (ADES), meraih laba bersih sebesar Rp 33,66 miliar sepanjang semester I 2012, naik 247% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 9,7 miliar. Sekretaris Perusahaan Akasha Wira, menyebutkan bahwa penjualan perseroan pada semester I 2012 mencapai Rp 220,95 miliar, naik 49,5% dibanding semester I 2011. Penjualan kosmetik berkontribusi terbesar terhadap penjualan perseroan di semester I tahun ini, yakni mencapai 57%, sementara penjualan air minum kemasan berkontribusi 42%. Selain itu, penjualan air minum kemasan Akasha Wira pada semester I mencapai Rp 93,78 miliar, meningkat 7,2% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 87,46 miliar. Peningkatan penjualan air minum kemasan seiring makin meningkatnya pasar air minum kemasan untuk segmen premium, yang mengkonsumsi produk air minum berkualitas.
Pada tahun 2013 PT Akasha Wira International Tbk (ADES) merilis laporan keuangan periode semester I 2013. Pada laporan tersebut terlihat, manajemen membukukan pendapatan Rp 250,49 miliar, naik 13% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 220,95 miliar. Tetapi, beban pokok penjualan ADES tercatat Rp 111,09 miliar. Angka ini 13% lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, Rp 98,02 miliar. Akibatnya, laba bersih emiten air mineral ini mengalami penurunan 5% menjadi Rp 31,99 miliar dari sebelumnya, Rp 33,66 miliar.
Penurunan laba bersih ini membuat earning per share (ADES) ikut mengalami penurunan. Semester I 2013, EPS ADES sebesar Rp 54 per saham, turun 5% dibanding periode sebelumnya, Rp 57 per saham. Penurunan juga terlihat pada net profit margin (NPM) ADES sebesar 13%. Bandingkan dengan NPM ADES pada periode sebelumnya yakni 15%. Dengan posisi laba bersih Rp 31,99 miliar dan ekuitas ADES pada semester I tahun 2013 sebesar Rp 241,11 miliar, maka return on equity (ROE) ADES saat ini sebesar 13%. Sedangkan ROE pada tahun lalu sebesar 21%.
Sementara tahun 2014, perseroan menargetkan kontribusi penjualan air minum kemasan merek Vica Royal yang diproduksi sendiri dapat menggantikan kontribusi dari merek Ades dalam kemasan galon. Hal itu seiring berakhirnya lisensi merek Ades kemasan galon dari PT Coca-Cola Indonesia sesuai kontrak produksi tahun ini. Pada sisi lain, perseroan juga mencatat kenaikan laba kotor di semester I 2012 sebesar Rp 121,4% menjadi Rp 122,93 miliar, dibanding semester I tahun lalu Rp 55,5 miliar. Kenaikan tersebut karena pertumbuhan beban pokok penjualan yang relatif lebih kecil dibanding pertumbuhan penjualan. Beban pokok penjualan perseroan naik 6,2% menjadi Rp 98 miliar. Harga saham Akasha Wira pada penutupan perdagangan kemarin stagnan di level Rp 1.360 dibanding sehari sebelumnya. Di bawah ini adalah perkembangan harga saham harian berdasarkan hitungan bulanan.

Grafik. 1 Perkembangan Harga Saham Harian







Sumber: http://idsaham.com (Data Primer)

Berdasarkan gambar di atas menujukan bahwa harga saham harian ADES mengalami penurunan dari bulan Agustus sampai Desember  2014. Fluktuasi harga terjadi pada bulan Juli menuju bulan Agustus, dengan kisaran harga sebesar 1,800. Sedangkan pada bulan Agustus sampai Desember menurun hingga kisaran 1,400. Adapun rincian pendapatan ADES berdasarkan segmen operasi pada tahun 2012 dan 2011, sebagai berikut: (1). Minuman sebesar Rp196,30 juta dan Rp181,34 juta, dan (2). Kosmetik sebesar Rp280,33 juta dan Rp118,07 juta. Sedangkan Rincian Pendapatan ADES berdasarkan segmen geografis pada tahun 2012 dan 2011, sebagai berikut:
1. Lokal
Ø Jabodetabek sebesar Rp.332,49 juta dan Rp.212,71 juta,
Ø Jawa Barat sebesar Rp.17,12 juta dan Rp.13,52 juta,
Ø Jawa Timur sebesar Rp.6,03 juta dan Rp.5,63 juta,
Ø Jawa Tengah sebesar Rp.31,57 juta dan Rp.13,70 juta,
Ø Sumatera sebesar Rp.32,36 juta dan Rp.17,92 juta,
Ø Kalimantan sebesar Rp.28,17 juta dan Rp.22,77 juta,
Ø Sulawesi sebesar Rp.9,14 juta dan Rp.6,95 juta,
Ø Papua dan Maluku sebesar Rp.2,99 juta dan Rp.0 juta, dan
Ø Bali sebesar Rp.14,81 juta dan Rp.6,05 juta.
2. Ekspor sebesar Rp.1,97 juta dan Rp.172 juta
Baru-baru ini Ades meluncurkan kemasan terbarunya, kemasan Ades ini berubah warna dari warna dasar biru muda dan tepi biru tua menjadi warna dasar putih dengan tepi hijau. Logo Ades juga berubah, yakni menjadi gambar daun dan berwarna hijau. Perubahan ini merupakan strategi Ades untuk menarik pangsa pasar anak muda (usia 20-30 tahun). Tidak hanya itu, kadar plastik dari kemasan baru Ades ini dikurangi sebesar 8% dari kadar kemasan Ades sebelumnya. Sehingga, botolnya kemasan air milik Ades lebih ringan dan lebih mudah diremukkan dengan tangan. Kemasan baru Ades ini sebelumnya telah launching di Jepang, Mexico, Korea, Taiwan, Hongkong, Vietnam dan Thailand.
Dengan strategi ini perusahaan yakin dapat meningkatkan pendapatan Coca Cola Indonesia. The Coca Cola Company merupakan perusahaan air minum yang berbasis di Amerika. The Coca Cola Company mengklaim 1,7 miliar produknya terdistribusi di 200 negara dalam sehari. Saat ini, The Coca-Cola Company memiliki nilai portfolio US$ 15 miliar di seluruh dunia dan mempekerjakan 700.000 karyawan di seluruh dunia. Coca-Cola masuk ke Indonesia sejak tahun 1927, dan diproduksi secara lokal pertama kalinya tahun 1932. Saat ini, Coca Cola Amatil Indonesia, cabang dari The Coca Cola Company memiliki sembilan pabrik di Indonesia. Sedangkan air mineral Ades diproduksi di pabrik Coca-Cola Amatil Indonesia di Cibitung. Air minum Ades hadir dalam kemasan cup 240 ml, botol plastik 330 ml, 600 ml dan 1.5 liter, dan dalam kemasan galon.

II.  Perkembangan Saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF)
PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF) merupakan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 yang pada awalnya hanya bergerak di bisnis makanan (TPS Food) dan pada 2008 mulai memasuki bisnis perkebunan kelapa sawit (TPS Agro). Sejalan dengan proses transformasi bisnis yang dimulai pada 2009,  TPSF telah menjadi salah satu perusahaan yang termasuk dalam Indeks  Kompas 100 dan mendapat penghargaan Best Consumer Goods Industry Public Listed Company serta termasuk perusahaan yang masuk dalam daftar “A List of the Top 40 Best Performing Listed Company” pada tahun 2011.
Bisnis makanan dari TPS Food adalah bisnis pendahulu dan tetap menjadi kontributor utama TPSF yang terus mengembangkan usahanya dengan mengakuisisi beberapa perusahaan antara lain PT Subafood Pangan Jaya yang bergerak di bidang produksi bihun jagung dengan beberapa merek terkenal Subahoon dan Cap Tanam Jagung, serta mengakuisisi merek TARO pada akhir tahun 2011 yang memiliki tingkat awareness yang sangat tinggi dan telah menghasilkan pertumbuhan dan kinerja yang luar biasa  dengan memberikan kontribusi pendapatan hingga 25% dari total penjualan TPS Food.
Bisnis Kelapa Sawit dimulai TPSF pada tahun 2008 dengan mengakuisisi PT Bumiraya Investindo (BRI) yang berlokasi di Kalimantan Selatan. Bisnis ini merupakan natural hedge untuk TPSF karena memanfaatkan minyak sawit dalam bisnis makanan, sekaligus merupakan sumber pendapatan dan potensi pertumbuhan di masa akan datang. Untuk meningkatkan produksi, TPS Agro melakukan strategi pengembangan secara organik dan an-organik. TPS Agro mengalokasikan sebagian besar dana investasi untuk menambah lahan tertanam pada kegiatan usaha sektor ini, di mana ditargetkan sebesar 41.000 hektar lahan tertanam pada tahun 2015.
Pada akhir tahun 2010 TPSF memulai bisnis berasnya melalui akuisisi PT Dunia Pangan, yang mana usaha di bidang Beras ini juga merupakan salah satu bentuk kontribusi  TPSF bagi ketahanan pangan nasional. Bisnis model TPS Rice adalah “Paddy to Rice”, yaitu mengkorversi padi basah (GKP : Gabah Kering Panen) yang dibeli para petani, dikeringkan dan diolah dengan mesin yang modern menjadi beras. Dengan bisnis model “Paddy to Rice” TPS Rice secara jelas membedakan dirinya dengan kompetitor lain yang kebanyakan rice milling tradisional kecil dan tersebar di banyak tempat serta kebanyakan mengadopsi bagian kecil dari bisnis model TPS Rice. Masuknya TPSF ke dalam bisnis perdagangan beras diharapkan akan membantu memperbaiki pendapatan petani beras, yang sering terpaksa menjual hasil produksi mereka pada harga rendah terlepas daripada kondisi saat itu yang sedang panen.
Selama tiga tahun terakhir, sejalan dengan proses transformasi bisnis yang dicanangkan pada akhir tahun 2009, TPSF telah berkembang pesat dengan kombinasi akuisisi dan pola pertumbuhan internal. Dengan komitmen untuk meningkatkan nilai perusahaan dari waktu ke waktu, kedua teknik tersebut sejauh ini mampu meningkatkan masa hidup perusahaan serta meningkatkan kontribusinya terhadap pembangunan Indonesia. Proses Transformasi Bisnis secara berkelanjutan dilaksanakan dengan senantiasa menumbuhkan daya saing perusahaan menuju kepada performance terbaik. Dengan terus membangun kapabilitas sumber daya manusia, inovasi dan efisiensi di setiap lini kerja dan kepemimpinan yang mempunyai visi kuat, TPSF yakin akan dapat memenuhi komitmen untuk memberikan kepuasan bagi pelanggan,  keuntungan bagi investor, dan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat dan kepada bangsa dan negara.
Dalam riset PT Investa Saran Mandiri menyatakan, saat ini belum ada emiten di Indonesia yang menekuni sektor dan lini bisnis dari penjualan beras seperti PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Dengan pertumbuhan tinggi dari penjualan beras diharapkan mendukung penjualan dan laba perseroan. Lini bisnis baru AISA pada perdagangan beras memang secara langsung memukul profit margin AISA menjadi hanya sebesar 7,6% saja. Namun demikian volume penjualan menjadi sangat besar seiring dengan karakter beras yang tergolong dalam fast moving industry.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp.134,21 miliar pada semester pertama 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp.110,24 miliar. Penjualan bersih perseroan naik menjadi Rp.1,78 triliun pada semester pertama 2013 dari periode sama tahun sebelumnya Rp.1,28 triliun. Perseroan akan mencatatkan penjualan mencapai Rp.4,01 triliun pada 2013 dari periode 2012 sebesar Rp.2,74 triliun. Laba bersih diperkirakan mencapai Rp.244 miliar pada 2013 dari periode 2012 senilai Rp.211 miliar.
Perseroan juga sedang berekspansi dengan membangun pabrik berasnya yang baru. Hal itu dapat mendukung kinerja perseroan ke depan. Meski demikian, perseroan mengalami tekanan dari sektor crude palm oil (CPO). Selain itu, perseroan dinilai memiliki peluang untuk menguasai pasar beras premium dan menguasai pasar bihun di Indonesia. Perkembangan bisnis perseroan sangat pesat, meski demikian, perseroan harus mewaspadai peningkatan utang untuk membiayai ekspansinya.
Dengan pertumbuhan yang kuat dan laba sehat, PT Investa Saran Mandiri memberikan rekomendasi buy dengan target harga Rp.1.730 per saham pada 2013. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk memiliki bidang bisnis produksi dan pemasaran berbagai produk makanan, termasuk mie kering dan instan. Perseroan juga memiliki pabrik beras dan perkebunan kelapa sawit. Pada perdagangan saham September 2013 saham AISA ditutup melemah ke Rp.1.220 per saham.
            Adapun penilaian yang di publikasikan oleh Emiten.net mengenai perkembangan saham harian AISA, penulis mengambil contoh tahunan sebagai bahan analisis. Hal tersebut dapat dilihat dari transaparansi data sebagai berikut ini:




Tabel. 2 Pembukuan Laporan Keuangan
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk/AISA Agustus 2011-2013
No.
Keterangan
2011
2012
2013
1.
Nilai
Positif
Positif
Positif
2.
Analis
Nakasumi
Mamanh
Mamanh
3.
Laba Bersih
Rp 23,15 M
Rp 126.95
Rp 161,63 M
4.
EPS Emiten
Rp 13,84
-
Rp 45,87
5.
Penjualan
-
Rp 1.28 T
Rp 1,78 T
6.
Harga Saham
50
1.080
-
7.
Jumlah Saham
2.275.009.000
2.926.000.000
-
Sumber: http://www.emiten & http://www.sahamok.com (Data Diolah)

b.      Analisa Fundamental Saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk/AISA
  • Net Profit Margin = Net Profit/ Total Salles
Untuk tahun 2012 NPM =  126.95 / 1280 (Dalam Miliar) = 0.0991
Untuk tahun 2013 NPM =  161,63 / 1780 (Dalam Miliar) = 0.0908
Artinya, NPM perusahaan pada tahun 2012 yaitu sebesar 0.0991/ 99%. Sedangkan pada tahun 2013 sebesar 0.0908 atau 90 %, menunjukkan profitabilitas perusahaan baik.
  • EPS = Net profit / jumlah saham yang beredar
Untuk tahun 2011 EPS =  23,15 / 2.275.009.000 = 10.176
Untuk tahun 2012 EPS =  126.95 / 2.926.000.000 = 43.3869
  • Price Earning Ratio = Harga Saham/ EPS
Untuk tahun 2011 PER =  23,15 / 10.176 = 2.2750
Untuk tahun 2012 PER =  126.95 / 43.3869 = 2.9259
Berdasarkan data laporan pembukuan keuangan menunjukan bahwa pada Bulan Agustus 2011, saham yang dimiliki oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk/ AISA bernilai positif. Artinya saham yang diperjualbelikan tersebut mempunyai kelebihan tersendiri dalam bidang yang dijalankannya, dengan kata lain bahwa saham tersebut tidak bermasalah. Dengan Analisis yang bernama Nakasumi. Laba bersih emiten mengalami lonjakan sebesar 299,83% pada semester I/2011 menjadi Rp.23,15 miliar dibanding semester I/2010 Rp 5,79 miliar. EPS emiten juga ikut naik dari Rp.3,46/saham menjadi Rp.13,84/saham.
            Begitupun pada Agustus 2012, saham AISA memiliki nilai yang positif yang dianalisis oleh Mamanh. Selama H1 2012 emiten AISA membukukan Laba Bersih IDR.126.95 miliar, tumbuh 212% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hasil ini tidak lepas dari kenaikan penjualan yang cukup signifikan yaitu menjadi IDR.1.28 triliun dari sebelumnya yang hanya IDR.746.12 miliar.
            Selanjutnya pada tahun 2013, dengan analis yang sama. Saham memiliki nilai yang positif pula. Periode Q2 2013 emiten AISA membukukan Laba Bersih IDR.161,63 miliar, naik dari Q2 2012 yang sebesar IDR.126,96 miliar. EPS pun bergeser ke posisi IDR.45,87 dari sebelumnya IDR.37,68. Kinerja bagus ini tidak lepas dari kenaikan penjualan yang cukup signifikan (IDR.1,78T vs IDR.1,29T). Adapun grafik yang menunjukan harga saham Harian IDX dapat dilihat sebagai berikut:
Grafik. 2 Analisis Harga Saham Harian IDX
Description: http://www.emiten.net/grafik/AISA/3y.pngPT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk/AISA Desember 2014







Sumber: Emiten.net (Data Primer).
Grafik di atas menunjukan POS yang lebih banyak dibanding dengan NET pada tanggal 23 Desember 2014. Hal ini merupakan informasi harga terbaru dari AISA.



III.   Perkembangan Saham PT Trada Maritime Tbk (TRAM)
Pada awalnya TRAM dikenal sebagai salah satu penyedia FSO untuk minyak mentah di Indonesia. Namun sejalan dengan perkembangannya, TRAM memperbesar lini usaha ke segmen usaha angkutan muatan cair (liquid cargo), muatan curah kering (bulk carrier), gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), armada akomodasi (self propelled accommodation barge), serta sejumlah kapal penunjang seperti kapal tunda dan tongkang (tug and barge).
PT Trada Maritime Tbk (TRAM) mulai mencatatkan saham dan warannya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 September 2008 dengan harga perdana Rp.125,- per saham dan harga pelaksanaan waran menjadi saham Rp.135,-. Sejak mencatatkan sahamnya di BEI harga saham TRAM terus melejit. Sekitar dalam 3 minggu pada September 2008  harga TRAM melonjat 204% atau ke harga Rp.380,- dan merupakan harga tertinggi di tahun 2008. Setelah itu, harga saham TRAM terus merosot akibat terpaan krisis global. Akhirnya di penghujung 2008 harga saham TRAM ditutup di harga Rp.50,-.
Setelah krisis global mulai mereda, harga saham TRAM mulai bergerak kembali. Pergerakan kali ini tidak tanggung-tanggung, karena dalam tahun 2009 saja harga saham TRAM naik sekitar 10 kali lipat yakni dari Rp.50,- di awal tahun menjadi Rp.530 di akhir tahun 2009. Dan terus mengalami kenaikan hingga Rp.1.840,- pada tanggal 30-Apr-2014. Selain harga saham TRAM yang terus meningkatkan, transaksi TRAM juga sangat besar. Transaksi TRAM dari Januari sampai April rata-rata di atas 200 miliar per hari. Ini bisa dikatakan saham TRAM super liquid atau paling liquid di BEI.
Sementara pada tahun Agustus 2013 saham PT Trada Maritime Tbk (TRAM) mencatatkan nilai transaksi perdagangan saham mencapai Rp.28,54 triliun atau 2,92%. Volume perdagangan saham mencapai 20,98 miliar saham. Frekuensi perdagangan saham 138.535x. Urutan keenam, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan nilai transaksi perdagangan saham mencapai Rp.25,55 triliun atau 2,61%. Frekuensi perdagangan saham mencapai 203.169x. Volume perdagangan saham 2,53 miliar saham
Jika dibandingkan transaksi TRAM dengan Astra International Tbk (ASII), selama tahun 2014 (Januari hingga April) transaksi rata-rata per hari ASII sebesar 310 miliar sedangkan transaksi rata-rata TRAM sebesar 268 miliar per hari. Memang secara transaksi rata-rata ASII lebih tinggi. Namun bila dilihat lebih lanjut ke kapitalisasi pasar, ASII memiliki kapitalisasi pasar per 30-Apr-2014 sekitar 301 triliun sedangkan TRAM hanya memiliki kapitalisasi pasar sekitar 18 triliun. Transaksi rata-rata per hari ASII sekitar seperseribu (1/1.000) dari nilai kapitalisasi pasar sedangkan transaksi rata-rata TRAM per hari mencapai 1,5% dari nilai kapitalisasi pasar.
 Dilihat dari harga saham TRAM. Kenaikan harga TRAM yang begitu signifikan.Selain kinerja perusahaan yang kurang mendukung, pemegang saham mayoritas, yakni PT Trada Resources Indonesia dan PT Trada International cenderung mengurangi sahamnya di TRAM. Selain itu pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham TRAM sering berubah. Ini dapat kita lihat dari data berikut:
Tabel. 3 Pemegang Saham
PT Trada Maritime Tbk (TRAM)
Nama Pemegang Saham
Persentase Kepemilikan
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Mar-14
PT Trada Resources Indonesia
36,08
36,06
36,00
34,75
27,76
21,76
21,76
PT Trada International
18,12
18,11
18,08
16,25
16,25
16,25
16,25
Star High Yield Fund I
5,58
Kharisma Flexi Terbatas
7,34
Reksadana Danamas Stabil
7,43
AAA – JS Multi Sectoral Fund
5,62
Baywater Capital Pte., Ltd.*
6,99
6,99
6,99
Suprihatin Njoman
5,25
PT Asuransi Jiwasraya
5,87
5,87
Riche Bright Investment Limited
5,14
5,14
Masyarakat (kepemilikan < 5%)
40,22
38,49
32,87
49,00
43,75
43,99
43,99
Sumber: Britama.com  (Data Primer)
Pada tanggal 30 April 2012, PT Trada Resources Indonesia melakukan transaksi share financing dengan Baywater Capital Resources Pte., Ltd. dengan jaminan 680.000.000 (6,99%) saham TRAM. Data di atas  menunjukan pula bahwa yang memegang tertinggi saham TRAM setiap tahunnnya dari tahun 2008 sampai bulan Maret 2014 yaitu PT Trada Resources Indonesia. Saham yang dipegang sekitar 21,76%-36,09% dari saham TRAM. Meskipun setiap tahunnya cenderung mengalami penurunan, tetapi PT Trada Resources Indonesia terus mempertahankan kepemilikannya terhadap saham TRAM. Selanjutnya diikuti oleh PT Trada International yang memegang saham sekitar 16,25%-18,12% setiap tahunnya. Kepemilikan saham TRAM lainnya dipegang oleh Star High Yield Fund I, Kharisma Flexi Terbatas, Reksadana Danamas Stabil, AAA – JS Multi Sectoral Fund, Baywater Capital Pte, Suprihatin Njoman, PT Asuransi Jiwasraya, dan Riche Bright Investment Limited dengan kepemillikan saham tidak dipegang setiap tahunnya. Saham yang dipegang berkisar antara 5,14%-7,43%. Kepemilikan saham lainnya yaitu dipegang oleh masyarakat berkisar < 5%.
Grafik. 3 Daftar Harga Saham Dan Transaksi
PT Trada Maritime Tbk (TRAM)
Description: Grafik Harga Saham dan Nilai Transaksi TRAM
 








Sumber: Britama.com (Data Primer)
Grafik di atas menunjukan harga saham PT Trada Maritime Tbk (TRAM) yang semakin meningkat setiap tahunnya. Terhitung dari tahun 2008 sampai 2014. Hal ini dapat disimpulkan bahwa saham tersebut mempunyai prestasi yang tinggi ditunjukan dengan harga jual saham semakin naik.
                               

IV.   Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan dan analisa fundamental saham yang telah di atas mengenai perkembangan saham yang dialami oleh PT Akasha Wira International Tbk (ADES), PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF), dan PT Trada Maritime Tbk (TRAM). Penulis mengambil kesimpulan bahwa saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk merupakan saham yang layak untuk diinvestasikan selama 3 tahun ke depan, meskipun pada dasarnya harga saham berubah setiap hari. Keputusan ini dimaksudkan karena penulis menganggap bahwa perusahaan TPSF bergerak dalam bidang makanan, yang pada dasarnya tidak akan pernah berhenti dibutuhkan selama masih ada kehidupan di dunia ini. Dalam penjualannya setiap tahunnya mengalami peningkatan yang tinggi mencapai triliunan dibanding kedua perusahaan tadi yang hanya mencapai miliaran rupiah. Meskipun keuntungan masih kecil, tetapi perusahaan ini mempunyai komitmen yang tinggi dalam mengembangkan usahanya. Volume penjualan menjadi sangat besar dalam bisnis beras seiring dengan karakter beras yang tergolong dalam fast moving industry. TPSF telah menjadi salah satu perusahaan yang termasuk dalam Indeks  Kompas 100 dan mendapat penghargaan Best Consumer Goods Industry Public Listed Company serta termasuk perusahaan yang masuk dalam daftar “A List of the Top 40 Best Performing Listed Company” pada tahun 2011.
Selanjutnya, TPSF/AISA telah berkembang pesat dengan kombinasi akuisisi dan pola pertumbuhan internal. Dengan komitmen untuk meningkatkan nilai perusahaan dari waktu ke waktu, kedua teknik tersebut sejauh ini mampu meningkatkan masa hidup perusahaan serta meningkatkan kontribusinya terhadap pembangunan Indonesia. Banyak perusahaan yang di akusisi dan banyak pula keunggulan yang dimiliki oleh AISA. Berdasarkan riset PT Investa Saran Mandiri menyatakan, saat ini belum ada emiten di Indonesia yang menekuni sektor dan lini bisnis dari penjualan beras seperti PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Padahal bisnis lini ini memberikan keuntungan yang bagus dalam kegiatan ekonomi. Perusahaan ini selain memiliki pabrik beras yang bergerak dalam bidang makanan, juga mempunyai pabrik kelapa sawit dalam bidang perkebunan (agro).
Kelebihan lain yaitu terletak pada model bisnis “Paddy to Rice” TPS Rice secara jelas membedakan dirinya dengan kompetitor lain yang kebanyakan rice milling tradisional kecil dan tersebar di banyak tempat serta kebanyakan mengadopsi bagian kecil dari bisnis model TPS Rice. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk mempunyai pembangunan yang kuat dalam bisnisnya terutama dalam perluasan tempat bisnis dan peluasan pangsa pasar. Laba bersih yang didapatkan oleh saham ini adalah laba yang sehat. Hal tersebut dinyatakan dalam hasil riset yang dilakukan oleh PT Investa Saran Mandiri.
Berdasarkan penilaian emiten.net, PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk mempunyai penilaian yang cenderung selalu positif dalam perkembangan sahamnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk layak untuk dijadikan investasi oleh para investor yang akan mengembangkan usahanya dengan keuntungan dan penjualan yang sangat tinggi, karena pada dasarnya untuk mendapatkan keuntungan diperlukan proses pembangunan yang terus menerus.

Referensi
Britama.com. (2014). Transaksi Saham TRAM selalu ramai, tapi apakah TRAM layak untuk investasi?. [Online]. Tersedia: http://www.britama.com (23 Desember 2014).
Emiten.net. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. PT. [Online]. Tersedia: http://www.emiten.net/site/tentang.html (23 Desember 2014).
Financeroll. (2012). Penjualan Meningkat Laba Bersih Akhasa Wira Melonjak. [Online]. Tersedia: http://financeroll.co.id/ (23 Desember 2014).
Forddanta, Dityasa H. (2013). Pendapatan ADES naik, laba bersih tergerus. [Online]. Tersedia: http://investasi.kontan.co.id/ (23 Desember 2014).
Geng. (2013). Hingga Juli 2013, Telekomunikasi Indonesia Paling Aktif Ditransaksikan di Bursa. [Online]. Tersedia: http://financeroll.co.id (23 Desember 2014).

Melani, Agustina. (2013). Ini Target Harga Saham AISA. [Online]. tersedia: http://pasarmodal.inilah.com (23 Desember 2014).

Tigapilar.com. [Online]. Tersedia: http://www.tigapilar.com.
Waspada, Ikaputera. (2010). Pengetahuan Pasar Modal dan Portofolio Analisis Praktis Pasar Modal. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar